"Apa yang menjadi topik tulisan kamu?"
"Nah, itu dia,Saya juga bingung."
.............................
Percakapan di atas merupakan sebuah keseharian yang aku temui setiap kali berhadapan dengan mahasiswa yang akan menulis sebuah esai. Seringkali mereka tidak mengetahui apa yang akan mereka tulis, jika pun mereka tahu, mereka menganggapnya sebagai sebuah mahakarya sehingga harus sempurna. Sejujurnya, aku pun pernah berada dalam kondisi serupa. Sulit menuangkan gagasan di dalam kepala menjadi sebuah tulisan, ketika sudah berusaha keras akhirnya bisa. Tetapi, tulisan tersebut sangat kasar dan tidak beraturan sehingga beberapa kali justru menghapus tulisan yang menjadi hasil berpikir selama berjam-jam. Kesulitan ini tidak mungkin tidak ada solusinya terlebih lagi menulis menjadi sangat penting pada saat memosisikan diri sebagai seorang pelajar/akademisi/aktivis.
Pada dasarnya, menulis bukan hal yang sulit tetapi menjadi sulit karena gagasan yang kita miliki justru terlalu banyak sehingga tidak dapat memilah informasi mana yang akan disampaikan. Beberapa cara muncul untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan membuat kerangka tulisan atau brainstorming, meski tidak semua orang melakukannya. Menulis dipicu oleh seberapa banyak seseorang membaca, sehingga semakin banyak bacaan yang dilahapnya semakin banyak pula informasi yang dimilikinya. Pilihan termudah adalah mengambil satu topik yang paling menarik atau penting untuk dikemukakan. Hanya saja dalam penulisan akademik, hal tersebut harus diikuti dengan sejumlah pembacaan literatur sehingga tulisan tersebut menjadi terarah.
Permasalahan berikutnya adalah mencari kalimat yang tepat untuk membuka tulisan tersebut. jangankan membuat kalimat, terkadang menemukan sebuah kata yang mewakili dan membuka topik saja menjadi sangat sulit. Lagi-lagi, cara menangulanginya adalah dengan banyak membaca sehingga seseorang dapat mengembangkan gaya tulisannya sendiri.
(bersambung)