Kirszner dan Mandell (1997) mengurutkan bahwa genre
merujuk pada bentuk narrative yang
kemudian dibagi menjadi dua bagian yaitu oral dan written. Pada oral,
mereka membaginya lagi pada pre-historic oral tradition yang
masuk di dalamnya adalah epic seperti Illiad dan Odyssey karya Homer, Epic of
Gilgamesh sebuah epic kuno dari Babylonia, Bhagavad Gita mau pun Beowulf. Folktales dan fairy
tales berada pada tahap oral tradition yang tidak memiliki
keterangan waktu atau tempat karena selalu diawali dengan “Once upon a time” (1997: 38-39) misalnya fable dan parable.
Pada abad pertengahan epic digantikan oleh romance
yang ditulis dalam bentuk prosa (1997: 39) yang memunculkan bentuk naratif lain
seperti cerita prosa pendek (short prose
tales) seperti The Decameron
karya Giovanni Boccaccio di Itali pada abad ke-14, dan picaresque seperti Don Quixote karya Miguel de Cervantes di
Spanyol pada abad ke-17. Ketika memasuki masa Renaissance di Inggris, prosa
yang berkembang adalah pastoral romance yang memaparkan
dunia rural yang ideal.
Novel, menurut Kirszner dan Mandell, merupakan hasil dari penggabungan
berbagai bentuk prosa tersebut dan menyebutkan bahwa Daniel Defoe merupakan
seorang penulis novel pertama dengan karyanya Robinson Crusoe pada tahun 1719 (1997: 39). Short story menjadi salah
satu bentuk narasi yang berkembang namun berbeda dengan novel karena memiliki
panjang dan lingkup bahasan yang terbatas dengan lebih kurang dua belas
halaman. Short story berkembang di US pada abad ke-19 dengan adanya Nathaniel
Hawthorne dan Edgar Allan Poe (1997: 40). Kirszner dan Mandell mengenalkan
bahwa terdapat juga bentuk narasi short short story yang terdiri dari lebih
kurang lima halaman seperti karya Luisa Valenzuela yang berjudul “All About Suicide”. Sementara itu yang
memiliki narasi lebih banyak dari dua belas halaman disebutnya sebagai novella
misalnya “The Metamorphosis”
karya Frantz Kafka (1997: 40).
Berbeda dengan
Klarer dan Kriszner-Mandell, Chamberlain merujuk genre pada makna yang terdapat
di waktu yang berbeda. Dia menyebutkan genre pada konsep awalnya dibuat oleh
bangsa Yunani yaitu kesusastraan yang berbentuk dramatic, epic dan lyrical, disebabkan cara penyampaiannya
dalam bentuk tuturan (spoken form)
(1998: 1). Jika mengacu pada makna genre di abad 19, genre style
or category of painting, novel, film, etc., characterized by a particular form or purpose. Menurutnya pembagian atas genre kesusastraan sangat
sulit dilakukan karena dapat dibagi berdasarkan bentuk (form) yang meliputi drama, poetry,
proverbs
dan letters;
berdasarkan suasana (mood) meliputi comedy
dan tragedy;
serta berdasarkan isinya (content) meliputi history, memoirs
dan autobiography.
Pembagian tersebut saling bersinggungan sehingga tidak dapat ditentukan mana
saja yang menjadi major, minor mau pun subgenre (1998: 2). Dia pun menyebutkan bahwa dalam bentuk
autobiografis meliputi diaries,
spiritual journals
of
confession or conscience, travel journals, or
letters (1998: 4). Bentuk-bentuk autobiografis tersebut banyak
ditemukan pada hasil tulisan perempuan.
Chamberlain mengutip
pernyataan Frye (1998: 2). yang mengidentifikasi prose art:
Thanks
to the Greeks, we can distinguish tragedy from comedy in drama…[But] when we come to deal with such forms as
the masque, opera, movie,
ballet, puppet-play, mystery-play, morality, commedia dell’arte, and zauberspiel,
we find ourselves in the position of the Renaissance
doctors who refused to treat syphilis because Galen said nothing about it. The Greeks hardly needed to
develop a classification
of prose forms. We do, but have never done so…. The circulating-library distinction between fiction and
non-fiction, between books
which are about things admitted not to be true and books which are about everything else, is apparently
exhaustive enough for
critic.
Menurut Klarer, genre merujuk pada salah satu bentuk
dari tiga kesusastraan klasik seperti epic, drama atau poetry
(2004: 3). Kemudian untuk menggantikan epic karena kemiripannya
dengan poetry maka prose diperkenalkan untuk karya-karya seperti novel
dan short
story. Namun berikutnya Klarer
membuat suatu pengklasifikasian terhadap genre yang disebutya major genres–fiction, poetry,
drama
dan film
(2004: 9). Klarer menambahkan Bildungsroman (novel of education), epistolary novel, historical
novel, satirical novel, utopian novel, gothic novel dan detective
novel pada jenis novel yang sebelumnya telah disebut Kirszner-Mandell.
Pada genre poetry, Klarer membaginya menjadi narrative
poetry, lyric poetry–elegy, ode, sonnet (2004: 28-30).
Sementara jika dikelompokkan berdasar character
of poetic language, poetry terbagi menjadi lexical thematic dimension (ballad),
visual dimention dan rhythmic-acoustic dimension (2004: 30).
Drama sebagai salah satu bentuk genre klasik berjenis comedy
namun Aristotle (384-322 BC) mengangkat tragedy. Pada masa Renaissance, history
play dimunculkan oleh Shakespeare dalam karyanya Richard II dan Henry
IV. Namun pada masa Restoration di akhir abad 17 muncul comedy of manner (Restoration
comedy) dan pada masa Romantic di awal abad 19 Inggris memunculkan closet
drama (2004: 43-45).
DAFTAR PUSTAKA
Chamberlain, Mary. 1998. Narrative and Genre. London: Routledge.
Kirszner,
Laurie G dan Stephen R. Mandell. 1997. Literature:
Reading, Reacting, Writing. Florida: Harcourt Brace College Publishers.
Klarer,
Mario.
1962. An introduction to literary studies (2nd ed.) London: Routledge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar