Selasa, 06 Maret 2012

Genre Sastra



Kirszner dan Mandell (1997) mengurutkan bahwa genre merujuk pada bentuk narrative yang kemudian dibagi menjadi dua bagian yaitu oral dan written. Pada oral, mereka membaginya lagi pada pre-historic oral tradition yang masuk di dalamnya adalah epic seperti Illiad dan Odyssey karya Homer, Epic of Gilgamesh sebuah epic kuno dari Babylonia, Bhagavad Gita  mau pun Beowulf. Folktales dan fairy tales berada pada tahap oral tradition yang tidak memiliki keterangan waktu atau tempat karena selalu diawali dengan “Once upon a time” (1997: 38-39) misalnya fable dan parable.
Pada abad pertengahan epic digantikan oleh romance yang ditulis dalam bentuk prosa (1997: 39) yang memunculkan bentuk naratif lain seperti cerita prosa pendek (short prose tales) seperti The Decameron karya Giovanni Boccaccio di Itali pada abad ke-14, dan picaresque seperti Don Quixote karya Miguel de Cervantes di Spanyol pada abad ke-17. Ketika memasuki masa Renaissance di Inggris, prosa yang berkembang adalah pastoral romance yang memaparkan dunia rural yang ideal.
Novel, menurut Kirszner dan Mandell, merupakan hasil dari penggabungan berbagai bentuk prosa tersebut dan menyebutkan bahwa Daniel Defoe merupakan seorang penulis novel pertama dengan karyanya Robinson Crusoe pada tahun 1719 (1997: 39). Short story menjadi salah satu bentuk narasi yang berkembang namun berbeda dengan novel karena memiliki panjang dan lingkup bahasan yang terbatas dengan lebih kurang dua belas halaman. Short story berkembang di US pada abad ke-19 dengan adanya Nathaniel Hawthorne dan Edgar Allan Poe (1997: 40). Kirszner dan Mandell mengenalkan bahwa terdapat juga bentuk narasi short short story yang terdiri dari lebih kurang lima halaman seperti karya Luisa Valenzuela yang berjudul “All About Suicide”. Sementara itu yang memiliki narasi lebih banyak dari dua belas halaman disebutnya sebagai novella misalnya The Metamorphosis” karya Frantz Kafka (1997: 40).
Berbeda dengan Klarer dan Kriszner-Mandell, Chamberlain merujuk genre pada makna yang terdapat di waktu yang berbeda. Dia menyebutkan genre pada konsep awalnya dibuat oleh bangsa Yunani yaitu kesusastraan yang berbentuk dramatic, epic dan lyrical, disebabkan cara penyampaiannya dalam bentuk tuturan (spoken form) (1998: 1). Jika mengacu pada makna genre di abad 19, genre style or category of painting, novel, film, etc., characterized by a particular form or purpose. Menurutnya pembagian atas genre kesusastraan sangat sulit dilakukan karena dapat dibagi berdasarkan bentuk (form)  yang meliputi drama, poetry, proverbs dan letters; berdasarkan suasana (mood) meliputi comedy dan tragedy; serta berdasarkan isinya (content) meliputi history, memoirs dan autobiography. Pembagian tersebut saling bersinggungan sehingga tidak dapat ditentukan mana saja yang menjadi major, minor mau pun subgenre (1998: 2). Dia pun menyebutkan bahwa dalam bentuk autobiografis meliputi diaries, spiritual journals of confession or conscience, travel journals, or letters (1998: 4). Bentuk-bentuk autobiografis tersebut banyak ditemukan pada hasil tulisan perempuan.
Chamberlain mengutip pernyataan Frye (1998: 2). yang mengidentifikasi prose art:
Thanks to the Greeks, we can distinguish tragedy from comedy in drama…[But] when we come to deal with such forms as the masque, opera, movie, ballet, puppet-play, mystery-play, morality, commedia dell’arte, and zauberspiel, we find ourselves in the position of the Renaissance doctors who refused to treat syphilis because Galen said nothing about it. The Greeks hardly needed to develop a classification of prose forms. We do, but have never done so…. The circulating-library distinction between fiction and non-fiction, between books which are about things admitted not to be true and books which are about everything else, is apparently exhaustive enough for critic.

Menurut Klarer, genre merujuk pada salah satu bentuk dari tiga kesusastraan klasik seperti epic, drama atau poetry (2004: 3).  Kemudian  untuk menggantikan epic karena kemiripannya dengan poetry maka prose diperkenalkan untuk karya-karya seperti novel dan short story.  Namun berikutnya Klarer membuat suatu pengklasifikasian terhadap genre yang disebutya major genresfiction, poetry, drama dan film (2004: 9). Klarer menambahkan Bildungsroman (novel of education), epistolary novel, historical novel, satirical novel, utopian novel, gothic novel dan detective novel pada jenis novel yang sebelumnya telah disebut Kirszner-Mandell.
Pada genre poetry, Klarer membaginya menjadi narrative poetry, lyric poetryelegy, ode, sonnet (2004: 28-30). Sementara jika dikelompokkan berdasar character of poetic language, poetry terbagi menjadi lexical thematic dimension (ballad), visual dimention dan rhythmic-acoustic dimension (2004: 30).
Drama sebagai salah satu bentuk genre klasik berjenis comedy namun Aristotle (384-322 BC) mengangkat tragedy. Pada masa Renaissance, history play dimunculkan oleh Shakespeare dalam karyanya Richard II dan Henry IV. Namun pada masa Restoration di akhir abad 17 muncul comedy of manner (Restoration comedy) dan pada masa Romantic di awal abad 19 Inggris memunculkan closet drama (2004: 43-45).


DAFTAR PUSTAKA
Chamberlain, Mary. 1998. Narrative and Genre. London: Routledge.
Kirszner, Laurie G dan Stephen R. Mandell. 1997. Literature: Reading, Reacting, Writing. Florida: Harcourt Brace College Publishers.
Klarer, Mario. 1962. An introduction to literary studies (2nd ed.) London: Routledge.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar