Senin, 01 Agustus 2011

Psyche [5]

“Bagaimana harimu tadi?” suara di seberang sana membuatku begitu tenang. Aku masih menikmati sisa gaung suaranya ditelingaku saat dia kembali menanyakan hal serupa. Oh Gin, sadarlah kau ini seperti tidak pernah mendengar suaranya saja.

“biasa saja tidak ada yang istimewa. Harimu?” Hahaha. Kenapa kau tertawa? Kau tidak pernah menganggap hari-harimu itu istimewa kecuali saat kau bersamanya. Hey, kelulusan aku itu istimewa. Istimewa karena dia yang mendampingimu. Tidak. Iya. Tidak. Iya Ginessa.

“Luar biasa, semua menyenangkan.” Jawabnya. Jujur saja aku selalu iri dengan jawaban yang diberikannya, dia begitu optimis dan memandang semua dengan begitu lurus, sangat berbalik denganku. Memang, kau itu pesimis. Ah itu juga karena kau. Hahaha aqku hanya memberikan sisi buruknya saja. Ya jadi kau ikut andil dalam hidupku. Tapi semua terserah padamu nona cantik. 

“Baguslah. Apa kerjaanmu sekarang? Aku tidak mau mengganggumu.” Aduh kau ini basa-basi yang sangat tidak berkualitas. Kenapa? Hahaha kau dengarkanlah dirimu sendiri. Whatever!

“Mendengarkanmu.” Aku merasakan sebuah tarikan di ujung bibirku. Hahaha dia lebih parah darimu ternyata.Ugh shut up! Hahaha okay. Mungkin norak dan tampak kekanak-kanakan tapi aku tetap perempuan yang memang ingin diperhatikan dibalik sosok angkuhku. Aku tersentuh

“Aku hari ini baru saja mendapatkan tawaran pekerjaan. Cukup menantang tapi aku masih belum memutuskan.” Jika menurutmu bekerja di daerah konflik itu kurang menantang, kau gila. Hahaha kau dan aku kan sama-sama gila. Aku bagian terwaras dari dirimu. Really? Yeah!

“Well, selamat.” Suaranya terdengar lesu. Sepertinya sesuatu sedang terjadi. Aku tidak akan bertanya sampai dia berbicara sendiri padaku. Ah kau ini.

Tiba-tiba sambungan telepon terputus dan suasana hatiku langsung berganti. Aku tidak akan menghubunginya dulu. Silakan kalau kau sanggup hahaha. Mungkin ada hal yang membutuhkan waktu untuk disampaikan. Baiklah kau lakukan apa yang menurutmu baik. Thanks.

Beberapa kejadian belakangan membuatku muak dengan hidup ini, ingin rasanya aku akhiri dengan sekejap. Diakhiri dengan sekejap itu mudah, tapi apa kau sanggup menerima konsekuensi bertemu Tuhanmu? Dengan cara tercepat ataupun termudah sepertinya sama-sama menarik. Aku bertanya Gin, apa kau siap bertemu dengan Tuhanmu? Membayangkan bagaimana nyawa meregang dengan begitu sensasional, nafas tercekat perlahan dan terputus perlahan. Ginessa! Sayangnya aku masih belum miliki keberanian untuk lakukan itu. Kau mengakhiri hidupmu sia-sia dan kau juga membunuhku, aku belum siap bertemu dengan Tuhanku. Hhh. Ginessa...

Manusia itu busuk, jika pun tidak busuk mereka hanya membuat agar kebusukannya tidak terlalu nampak. Hey, tidak semua dari mereka busuk. Aku juga mampu untuk melihat sesuatu dengan lensa positifku, hanya saja mereka selalu saja membawa atas nama moral dan agama. Gin, itu tatanan mutlak yang tentunya tidak akan pernah dapat diganggu gugat. Jika kau bertanya apakah aku percaya akan tuhan? Jawabannya mungkin antara ya dan tidak. Kau ini terlahir di dunia karena kehendak-Nya, Gin. Untuk apa? Menjadi pemimpin di muka bumi ini? Begitulah. Kadang aku tak habis pikir. Tentang apa? Elemen absolut tak tersentuh akal manusia, tak terjangkau nalar makhluk sempurna. Zat yang terlarang untuk dibicarakan unsur pembentuknya, zat yang tidak ada yang mampu serupainya. Zat itu absolut dan mutlak.  Aku heran bagaimana elemen sesuci itu bisa menciptakan manusia yang begitu memuakkan. Kau meragukan Tuhanmu, Gin?

Bukan aku meragukan-Nya, tapi aku heran kenapa Dia menciptakan manusia dengan penuh topeng? Kau pikir kau tidak bertopeng? Tidak. Aku adalah aku apa adanya. Kau akan lihat aku tetap sama dimanapun aku ada. Saat kau berpura-pura tidak bisa mendengarku saat berada dalam kerumunan, bukankah itu topeng? Hanya aku yang mampu mendengarmu. Jadi kau memang bertopeng kan?! Tidak.

Mereka terlalu takut dengan penilaian orang banyak. Kau tidak? Tidak. Sayang, saat kau bersama banyak orang dan bersikap seolah aku tidak ada bukankah itu caramu untuk menghindari penilaian atas dirimu? Aku tahu kapan berbicara kepadamu dan kapan aku harus diam. Itu karena kau takut dianggap tidak waras. Dunia ini yang tidak waras. Dan kau adalah bagian darinya. Accept that!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar