Kamis, 12 Januari 2012

Rendezvous Me

Memilih profesi bukanlah pekerjaan mudah, terlebih lagi idealisme dan humanisme akan selama mengalami benturan. Sering kali orang-orang yang telah mengeyam dunia kerja mengatakan bahwa kehidupan yang sesungguhnya justru baru dimulai ketika memasuki dunia kerja. Sayangnya, aku sangat sepakat dengan pernyataan tersebut, dan seharusnya ada penambahan yaitu saat memasuki lingkungan masyarakat yang heterogen. Tidak jarang orang-orang merasa kelabakan ketika memasuki dua dunia baru itu.

Mencari pekerjaan menjadi jauh lebih susah karena seseorang memiliki standar tinggi terhadap kualitas diri dan merasa diri lebih layak di posisi tertentu. Akan tetapi hal tersebut merupakan penilaian sepihak, yaitu dari diri kita sendiri. Alhasil, seringkali seseorang berpindah-pindah tempat kerja dengan alasan yang sebenarnya sangat manusiawi yaitu gaji yang tidak sesuai, lingkungan kerja yang tidak kondusif serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Tidak bisa dipungkiri aku pun tergoda dengan tiga hal tersebut ^^ tapi pada akhirnya aku harus bertanggung jawab pada apa yang sudah menjadi pilihanku sehingga apapun resikonya harus aku tanggung dengan ikhlas.


Sejak pertama kali bekerja yang aku perhatikan adalah dua hal terakhir karena sangat menonjol  dan tidak masalah di mana tempat aku bekerja kedua permasalah tersebut selalu menonjol. Pengalaman bekerjaku yang pertama adalah pada saat harus memenuhi Praktik Kerja Lapangan (PKL) di suatu institusi pendidikan. Entah pada saat itu karena aku tamu maka mereka semua berusaha untuk menampilkan kesan yang baik mengenai mereka dan instansi tersebut. Sambil menyelam minum air karena setelah PKL usai, tawaran untuk melanjutkan pekerjaanku sebagai pengajar bahasa Inggris muncul langsung dari sang ibu pejabat dan pastinya aku terima dengan senang hati. Honor pertamaku hanya sebesar Rp. 75.000,- tapi membahagiakan :)

Setelah tiga tahun, meski honorku naik menjadi Rp. 150.000,-, aku memutuskan untuk berhenti bukan dengan alasan penghasilan tersebut tetapi kejenuhanku karena tidak memperoleh hal baru atau ilmu baru, tanpa menafikan ilmuku tentang dunia anak dan psikologi anak bertambah. Aku, kemudian, bekerja menjadi seorang instruktur bahasa dengan penghasilan Rp. 1.500.000,-. Selang beberapa tahun kemudian pimpinan pusat memilihku menjadi manager di kantor cabang tempatku bekerja dan honorku bertambah Rp. 500.000,-. Bekerja sebagai seorang instruktur bahasa sekaligus manager di sebuah lembaga bahasa khusus  siswa taman kanak-kanak dan playgroup ternyata sangat menyenangkan terlebih lagi dengan lingkungan dan rekan kerja yang suportif. Terlebih lagi aku selalu mendapat undangan gratisan dari lembaga-lembaga pendidikan atau psikolog anak ^^. Ilmuku bertambah dan pimpinanku sangat suportif sehingga beliau mempercayakan aku menanggani anak-anak "istimewa" yang tidak dapat ditangani oleh para instruktur lainnya ^^

Bekerja di tempat tersebut sangat menyenangkan tetapi aku haus akan hal baru sehingga setelah bekerja selama empat tahun aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Di waktu yang sama tawaran untuk membina para siswa di suatu sekolah menengah atas, almamaterku tercinta. Aku tidak pernah bertanya berapa honor yang akan aku peroleh dari pekerjaanku, karena bagiku pengalaman membayarku dengan uang yang lebih banyak ^^ sehingga aku hanya memperoleh uang pengganti transport yang tetap sangat aku syukuri ^^. Tawaran lainnya muncul untuk mengajar di sana meski lintas bidang dan aku amini karena itu juga akanmenjadi suatu hal yang menyenangkan bagiku.

Singkatnya sekarang aku sudah berpindah tempat kerja sebanyak tiga kali ^^ dan bekerja di tempat yang berbeda lagi sebagai seorang pengajar, meski bagi kebanyakan orang predikat dosen tapi predikat itu hanya bergengsi di kampus tapi biasa-biasa saja di luar kampus, bagiku predikat tersebut sama saja. Pembeda dari pekerjaanku yang sekarang dengan yang dulu adalah saat ini aku dituntut untuk banyak melakukan penelitian. Relasiku menjadi mengerucut sehingga lebih selaras dengan bidangku sekarang. Aku dituntut untuk membuktikan diri sebagai seorang akademisi dengan menulis dan membaca. Alhasil terkadang rasanya jengah jika hanya sekadar berbicara masalah sehari-hari dan tidak berkontribusi pada wawasanku. Mungkin  dengan seperti itu aku dianggap sebagai orang arogan tapi maaf aku terlalu bodoh untuk melewatkan banyak ilmu yang belum aku ketahui. Aku ada di tempatku sekarang sesuai janji yang aku ucapkan saat aku pertama kali memasuki tempat itu. Aku hanya ingin kawan-kawan dan adik-adikku tidak diremehkan sebagai kumpulan mahasiswa universitas swasta yang tidak punya kualitas dan pemalas. Jika aku meminta mereka untuk menulis dan membaca, seharusnya aku adalah orang pertama yang melakukan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar